Widodo, Pak Mantan Jadi Raja Madu

  • Bagikan

KLATEN – Raja madu Klanceng, julukan ini sepertinya tidak berlebihan jika disematkan Widodo (51th), mantan kepala desa Glodogan, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten. Bagaimana tidak, saat ini pria alumni SMAN 2 Klaten adalah peternak lebah madu Klanceng dan pemasok madu yang cukup besar di Klaten. Dibalik kisah suksesnya ada cerita sedih yang mendalam.

Alkisah, pria tiga anak ini kehilangan istri tercinta karena jatuh di kamar mandi. Ini sangat pahit dirasakan karena perjuangan panjangnya berhasil mengupayakan kesehatan sang istri, tetapi, justru meninggal bukan karena penyakitnya. “Awalnya almarhum istri mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah berkepanjangan, tetapi meninggalnya justru karena kecelakaan di kamar mandi,” ungkapnya mengawali ceritanya.

Sang istri yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit tersebut divonis gagal ginjal dan harus cuci darah. “Saya ingin istri saya terlepas dari keharusan cuci darah. Berbagai upaya saya lakukan, kami berjuang. Dan, alhamdulillah setelah mengonsumsi madu Klanceng secara rutin, perlahan tapi pasti dan melalui cek laboratorium serta pemeriksaan seksama, istri saya bisa lepas dari keharusan cuci darah,” tuturnya.

Karena keberhasilan tersebut yang awalnya menjadi pengusaha konveksi perlahan tetapi pasti memulai belajar dan memulai memelihara serta memproduksi madu Klanceng sendiri. “Saya belajar dan berburu koloni lebah Klanceng ini banyak keliling hampir seluruh Indonesia,” katanya sambil memandang jauh, mengenang perjuangannya. Widodo mengaku mbolang sampai ke tanah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Nusa Tenggara.

Dari awalnya hanya dikonsumsi sendiri mulai ada permintaan dari teman dan kenalan. Akhirnya ditambah koloni lebah Klanceng yang dipeliharanya. Ditambah lagi ternyata istrinya kembali kambuh mengalami gagal ginjal. “Mungkin karena kelelahan yang berkepanjangan, saya ingat betul ketika kambuh itu kami baru pulang dari menghadiri hajatan di luar kota yang cukup jauh dengan kendaraan darat, pulang mengalami kelelahan jatuh sakit dan ternyata kembali mengalami gagal ginjal,” ungkapnya.

Baca Juga:  Bonsai Serut Jadi Incaran

Akhirnya kembali harus terikat dengan cuci darah dan kembali rutin mengonsumsi madu. Kembali mantan kepala desa Gkodogan dua periode ini mencurahkan tenaga dan perhatian untuk kesembuhan istrinya, tak urung bisnis utamanya konveksi terbengkalai, bahkan sempat terpuruk dan bahkan beberapa asset harus direlakan untuk dilepas.

Untuk treatmen istrinya pada serangan gagal ginjal kedua, diberikan royal jely. “Karena saya sudah mulai memahami kasiat madu dan royal jely, maka saya berikan royal jely yang dikombinasi sedikit madu,” tuturnya. Hasilnya sangat memuaskan dan untuk kedua kalinya sang istri lolos dari cuci darah dan gagal ginjal.

Namun memang rezeki, jodoh dan maut adalah kuasa Sang Illahi.  Meski sudah lolos dari gagal ginjal, mantan lurah Glodogan dua periode ini harus mengikhlaskan istrinya menghadap Sang Khaliq. Bukan karena disebabkan oleh gagal ginjal tetapi jatuh di kamar mandi. “Waktu itu saya di halaman depan mengurusi lebah dan madu, sementara istri saya mandi. Setelah beberapa waktu saya lihat istri saya sudah tergeletak di kamar mandi. Saya bawa ke rumah sakit, tetapi Tuhan lebih sayang dia,“ tuturnya dengan nada rendah dan lirih.

Madu Klanceng produksi Widodo (51th), mantan kepala desa Glodogan (Foto: Wiradesa)

Sekali lagi rezeki adalah kuasa Sang Illahi. Selepas sang istri tercinta meninggal dunia ternyata justru permintaan madu klanceng makin meningkat luar biasa. Tak urung kesibukan ini menjadi hiburan sekaligus membawa rezeki yang luar biasa. “Sampai saat ini permintaan tak pernah ada kendornya, padahal produksi madu mau tidak mau dipengaruhi musim bunga. Alhasil saya kembali mbolang untuk mencari tambahan pasokan. Alhamdulillah bisa untuk bangkit kembali secara ekonomi dan biaya sekolah tiga orang anaknya,“ katanya sambil menarik nafas dalam dan lega.

Baca Juga:  Suti Rahayu, Berdayakan Ibu RT dengan Pangan Lokal

Memang selama ditemui Widodo sibuk packing atau mengemas paket-paket madu ke luar kota, sambil sekali-kali menjawab telepon dan pesan elektronik di handphonenya. Memang layak Pak Mantan ini disebut Raja Madu Klanceng. Semangat dan sukses selalu Pak Lurah. (HB. Budiyanto)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *