Septri Sugiharta: Terkenal dengan Budidaya Belimbing Bangkok Merah

  • Bagikan

Septri Sugiharta, warga Dusun Beteng, Desa Margoagung, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, berhasil membudidayakan Belimbing Bangkok Merah. Budidaya ini menerapkan sistem UHDP (Ultra High Density Plantation) dan hasilnya, buah belimbingnya besar, warnanya merah menyala, rasanya manis, segar, dan tidak mudah busuk.

“Sistem UHDP itu artinya menanam dengan populasi padat dengan jarak tanam 3,5 meter kali 3,5 meter, sinar matahari full, pemangkasan secara teratur, jaminan perawatan, pemupukan, pengairan, dan pengendalian hama,” ujar Septri Sugiharta, kepada wiradesa.co, Jumat (17/7/2020).

Belimbing Bangkok Merah, hasil tangan dingin Septri, pohonnya tidak tinggi, buahnya besar dan banyak, berwarna merah, rasanya manis, segar, higienis, dan tidak mudah busuk. Pohon hasil okulasi ini sangat adaptif terhadap lahan, tidak mudah terserang hama, cepat berbuah, dan berbuat sepanjang tahun. “Apapun kondisi tanahnya Belimbing Bangkok Merah tetap bisa tumbuh,” tegas Septri.

Sekarang, alumni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini membudidayakan Belimbing Bangkok Merah di tiga tempat dengan kondisi tanah yang berbeda, yakni di lahan pekarangan, persawahan, dan pegunungan. Lahan pekarangan di sekitar rumahnya, persawahan di tanah kas desa Margoagung, tanah pegunungan di Cacaban, Bener, Purworejo.

“Saya bisa mengatakan pohon Belimbing Bangkok Merah bersifat adaptif, karena bisa tumbuh dan hasilnya bagus, baik di pekarangan, persawahan, maupun di pegunungan,” ujar ayah satu anak ini, saat ditemui wartawan wiradesa.co di rumahnya Dusun Beteng, Desa Margoagung.

Saat ini pekarangan di sekitar rumahnya ditanami 150 pohon Belimbing Bangkok Merah, sawah kas desa yang merupakan pelungguh ayahnya yang Kaur Pemerintahan Desa Margoagung ditanami 200 pohon, dan tanah pegunungan di Cacaban ditanami 200 pohon.

Lulusan Bahasa Jerman

Bukan berlatar belakang pendidikan pertanian, tetapi Septri Sugiharta berhasil membudidayakan Belimbing Bangkok Merah berkualitas unggul. Pohonnya pendek sekitar 1,5 meter, buahnya besar dan banyak, berwarna merah, rasanya manis, segar, dan higienis.

Baca Juga:  14 Tahun Terbunuhnya Munir, Polri Didesak Bentuk Tim Khusus

“Saya ini lulusan Jurusan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta. Tapi saya sudah ijin dosen pembimbing saya untuk tidak menggunakan ijasahnya. Saya mohon ijin untuk menekuni belimbing,” ujar Septri Sugiharta, alumni UNY tahun 2013.

Saat memutuskan untuk menekuni tanaman belimbing tahun 2013, tantangan yang dihadapi suami Mulda Eka Pustika Rani sangat berat. Cibiran itu tidak hanya datang dari tetangganya, tetapi juga keluarganya. Bahkan ayahnya pernah mau membabat habis semua tanaman belimbing di pekarangan rumah. “Tanaman-tanaman belimbing ini dulu mau ditebang oleh bapak dengan senso,” kenang Septri sambil menunjuk pohon belimbing yang berbuah lebat.

Banyak tetangga yang memandang sebelah mata, bahkan mencemoohnya. “Kuliah duwur-duwur kok mung nandur belimbing. Sesuk anake arep dipakani opo (Kuliah tinggi-tinggi hanya menanam belimbing. Besok anaknya mau diberi makan apa),” kata Septri menirukan omongan tetangga.

Namun Septri tidak ambil pusing, dia terus memuliakan dan mencintai belimbing. Setiap hari dia rawat dengan hati. Ayah seorang anak bernama Chasanatul Laila Maulid Sugiharta ini merasa bahagia saat berada di sekitar pohon belimbing. Daripada pergi ke mall, Septri lebih memilih memupuk dan menyirami belimbing di lahan pekarangan rumah.

Dengan ketekunan dan cintanya pada belimbing, sekarang pohon belimbing hasil budidayanya telah memberikan hasil yang mampu menenuhi kebutuhan hidup keluarga, anak dan istrinya.

Penghasilan itu tidak hanya dari buah belimbing, tetapi juga bibit, pupuk, dan sirup. Septri bersama keluarga akan terus mengembangkan bisnis belimbing mulai dari hulu sampai hilir. Buah belimbing matang pohon sekarang harganya Rp29.000 per kilogram. Harga bibit satu pohon antara Rp100.000 sampai Rp300.000. Sedangkan harga pupuk Rp33.000 per 500 mililiter dan sirup Rp19.000 per botol.

Baca Juga:  Ngeposari Berbenah Diri Jadi Destinasi Wisata Alam dan Budaya

“Pada bulan Juni 2020, waktu sebulan, pendapatan dari buah sebanyak Rp 4.800.000,” jelas Septri. Pendapatan ini masih ditambah dari penjualan bibit, pupuk, dan sirup. Kini Septri telah membuktikan kepada para tetangga dan orangtuanya, bahwa dengan pohon belimbing ternyata bisa menghidupi anak istri. (Ono/Wiradesa.co)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *