YOGYAKARTA – Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil merakit varietas padi yang berdaya hasil tinggi dan adaptif terhadap perubahan iklim. Varietas padi ini dinamakan padi “Amphibi” Gamagora.
“Padi Amphibi Gamagora itu merupakan inovasi UGM untuk Indonesia,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng. di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM, Berbah, Sleman, Minggu 20 Maret 2022.
Kenapa disebut Amphibi, karena benih padi Gamagora disiapkan untuk bisa ditanam di lahan yang basah, banyak air, atau lahan kering, sedikit air. Jadi sangat adaptif. Sedangkan Gamagora itu singkatan dari Gadjah Mada gogo rancah.
Ketua Peneliti “Perakitan Varietas Padi ‘Amphibi’ Berdaya Hasil Tinggi dan Adaptif terhadap Perubahan Iklim’, Dr. Ir. Taryono, M.Sc mengemukakan, perakitan paket teknologi budidaya padi intensif berkelanjutan ini sesuai dengan prinsip Smart Eco-Bioproduction.
Istilah ‘Amphibi’ digunakan, kata Taryono dari Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UGM, karena padi yang dirakit dapat ditanam di berbagai kondisi agroekosistem yaitu sawah dan tadah hujan dengan produktivitas sama baiknya.
Menurut Ketua Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT), UGM ini, kultivar padi merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Kultivar padi juga merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya sangat praktis.
Perakitan kultivar padi ‘amphibi’ berdaya hasil tinggi dan adaptif terhadap perubahan iklim adalah salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi khususnya di lahan sub-optimal yang produktivitasnya relatif rendah. “Lahan sub-optimal umumnya memiliki masalah agronomi, fisiologi, baik secara fisik lahan, tata air, maupun hama penyakit.
“Saat ini kami sedang melakukan uji multilokasi terhadap 10 galur harapan padi Gama gogo rancah (Gamagora) di 14 lokasi di 9 provinsi yang meliputi Lampung, Jawab Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Halmahera Utara,” ujar Taryono.
Padi ‘Amphibi’ Gamagora akan menjadi inovasi penting yang dapat mendukung pengkayaan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan kultivar padi sawah unggul. Selain itu penelitian ini sesuai dengan nilai-nilai ke-UGM-an yang terus ditumbuh kembangkan khususnya dalam membangun pro poor technology.
Apabila padi Gamagora berhasil dilepas oleh Kementerian Pertanian dan nantinya banyak dibudayakan oleh petani, maka pelepasan padi Gamagora merupakan prestasi UGM dalam mendukung swasembada pangan nasional khususnya beras. (*)