SLEMAN – Budidaya ikan lele itu mudah dan hasilnya lumayan. Namun, meski berternak lele itu mudah, tetapi ternyata banyak yang gagal. Panennya tidak sesuai harapan dan tidak jarang petani rugi.
Agar budidaya lele itu tidak rugi, maka ada lima hal yang perlu diperhatikan oleh peternak lele. Enam hal itu meliputi pengadaan benih lele, kepadatan tebaran lele, manajemen pengairan, pengendalian penyakit, dan sistem pemberian pakan.
“Untuk benih lele, kami membeli bibit unggul dari pemijah UPR (Unit Pembibitan Rakyat) yang sudah bersertifikat cara pembibitan ikan yang baik,” ujar Alfian Rizky, pengelola peternakan ikan “Berkah” di Banyuraden, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis 20 Oktober 2022.
Alfian Rizky, salah seorang pemuda pelopor di bidang pangan, mengambil benih lele dari Unit Pembibitan Rakyat (UPR) Patalan Bantul. Benih lele berukuran 4-6, 5-7, dan 7-9. Sedangkan bibit lele yang diambil adalah bibit “Lele Mutiara”.
Sedangkan untuk kepadatan tebaran lele, menggunakan sistem tebar padat dengan perhitungan setiap 1 m3 diisi 300 ekor bibit lele. “Langkah ke depannya, kami akan melakukan improvement pada sistem tebar padat dengan perhitungan 400 sampai 500 ekor bibit lele per meterkibik,” papar Rizky.
Para peternak lele diharapkan menggunakan air yang selalu mengalir. Hal ini dilakukan karena proses tebar padat dapat meningkatkan tingginya kadar amoniak dalam kolam. Oleh sebab itu, dengan proses air mengalir secara terus menerus dapat mengendapkan dan mengumpulkan amoniak di dasar kolam. “Hal ini dapat memudahkan petani untuk melakukan pembuangan amoniak dari dasar kolam secara bertahap setiap harinya,” jelas Rizky.
Dengan manajemen air yang sudah dilakukan, itu dapat meminimalisir adanya penyakit di ikan lele, di antaranya tidak adanya jamur dan bakteri pada ikan lele. Selain itu perlu dilakukan pengecekan kadar pH air dan amoniak pada kolam lele menggunakan pH meter. Kemudian memperhatikan nafsu makan dan keaktifan ikan lele.
Apabila nafsu makan lele menurun, maka secepatnya mengurangi debit air dalam kolam sekitar 30 sampai 50 persen, serta menebarkan garam grosok ke dalam kolam. Garam grosok dapat menormalkan kadar pH air dan menghilangkan bakteri.
Sedangkan sistem pemberian pakan, sebaiknya menggunakan perhitungan bio massa, yakni jumlah lele x berat rata-rata lele per ekor x 4 persen. Pemberian pakan dibagi menjadi dua siklus, pagi dan malam.
Dengan melakukan lima hal tersebut, semoga para petani peternak lele di Sleman dan sekitarnya dan di berbagai wilayah di Indonesia, menghasilkan panen lele yang baik. Pendapatan ekonomi meningkat dan kesejahteraan petani tercapai. (*)