YOGYA – Pot plastik berukuran 100 liter diminati warga Kota Yogyakarta untuk pembesaran ikan lele. Sebenarnya pot ini diperuntukkan untuk media tanam, namun bisa dimodifikasi sebagai tempat budidaya lele.
“Kami mendapatkan pesanan 90 pot untuk pembesaran ikan lele di Kelurahan Wirogunan,” ujar Christanto Darmawan, saat ditemui wartawan mandiripangan.com di rumahnya Kampung Dukuh, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Jumat (23/10/2020).
Christanto Darmawan yang dikenal dengan panggilan Kris Lele sudah lama menekuni budidaya ikan lele. Selain membuat berbagai media untuk pembesaran ikan lele, dia juga menyediakan bibit lele, pakan lele, dan jual beli ikan lele.
Selain merancang media pembesaran lele dengan pot, Kris Lele yang dibantu dua tenaga kerjanya, juga membuat media pembesaran lele dengan drum, ember, terpal, dan buis beton. Kris Lele menjadi partner Pemkot Yogyakarta untuk menyukseskan program Lele Cendol.
Khusus media pembesaran lele dengan pot, Kris Lele harus menutup bagian bawah dengan semen. Karena pot yang dirancang untuk media tanam itu di bagian bawah ada beberapa lobang.
Kemudian membuat lobang baru untuk pembuangan air kotor. “Lobang ini dipasangi paralon yang bisa digeser-geser untuk pembuangan air kotor atau sisa pakan lele,” kata Andri, salah satu karyawan yang menyiapkan 90 pot pesanan Kelurahan Wirogunan.
Kris Lele menjelaskan, sisa pakan lele itu menghasilkan gas amoniak dan berbahaya bagi kelangsungan hidup lele. Jika kotoran itu tidak dibuang akan mematikan lele. Makanya bagi warga yang memelihara ikan lele, harus memperhatikan sirkulasi air.
Pembesaran ikan lele dengan media pot, drum, ember, terpal, dan buis beton, kini marak di Kota Yogyakarta. Setelah Pemkot Yogyakarta meluncurkan program Lele Cendol, sekarang warga antusias memelihara ikan lele di halaman rumahnya.
Ibu Siti Nurjanah, salah satu warga Kadipaten Kecamatan Kraton sudah lima bulan ini membesarkan lele di ember dan drum. Untuk pembesaran ikan lele di ember dilakukan secara pribadi, tetapi pemeliharaan di drum atau tong dilaksanakan secara kelompok.
Warga Kadipaten ini mengaku memiliki empat ember, masing-masing berukuran 70 liter. Setiap ember ditabur 50 lele. Setelah 2,5 bulan bisa panen. Harga jual ikan lele Rp20.000 per kilogram. “Kami sudah panen dua kali. Hasilnya lumayan untuk tambahan penghasilan keluarga,” ujar Ibu Siti.
Ternyata program Lele Cendol dirasakan manfaatnya oleh warga Kota Yogyakarta. Pembesaran ikan lele, selain bisa memenuhi kebutuhan gizi warga, juga bisa menambah pendapatan ekonomi keluarga. (Ono)