Masa Rendeng, Panen Padi di Tambakagung Memuaskan

  • Bagikan

KEBUMEN – Masa panen padi telah tiba. Usia tanaman yang sudah 85 hari siap untuk dipanen. “Alhamdulilah, meski sedang masa rendeng (penghujan) hasil panen padi tetap memuaskan,” kata Purwadi (58), salah seorang petani di Desa Tambakagung, Kecamatan Klirong, Kebumen.

Dijelaskan olehnya, masa panen padi dibagi menjadi dua. Pertama, panen masa rendeng (penghujan). Apabila panen pada masa tersebut petani banyak yang langsung menjual padinya. Hal itu disebabkan akan segera datangnya musim tanam kedua. Jadi tak menunggu lama. Harga padi juga terhitung standar. Kedua, panen masa tandon. Panen ini banyak warga yang menyimpan padi. Harga jual padi menjadi relatif lebih tinggi. “Namun, kembali lagi. Semua dilihat berdasarkan kondisi perekonomian masing-masing keluarga,” ucap Purwadi atau biasa disapa Sipur kepada Wiradesa.Co, Rabu, 17 Maret 2021.

Hari-hari ini petani Tambakagung sedang mengalami masa panen pertama, yakni rendeng. Jenis padi yang ditanam bervariasi, Ciherang, Mikongga, Cakra. Kondisi tanaman padi di musim penghujan ada yang roboh ada juga yang tidak. Pada padi yang roboh gabahnya berwarna cokelat dan sulit dipanen oleh buruh tani yang bekerja. Sedangkan padi yang tidak roboh kondisinya normal, gabah berwarna kuning. “Saya biasanya menggunakan benih bibit yang beli dari toko. Kualitasnya jauh lebih bagus dibandingkan dengan bibit benih yang disimpan,” imbuhnya.

Purwadi, seorang petani di Desa Tambakagung (Foto: Wiradesa)

Menurut Sipur, musim panen pertama kali ini hasilnya cukup memuaskan. Akan tetapi, dulu sebelum panen banyak keong yang muncul. “Biasanya keongnya muncul pada umur tanaman 2-3 minggu,” terangnya. Setiap kali pergi ke sawah, petani bisa mengambil sampai dua ember keong. Kemudian kebanyakan keong-keong tersebut dijadikan pakan ternak bebek milik para petani.

Sebagaimana desa di sekitar, di Tambakagung juga masih menjalankan tradisi bawon. Bawon ialah upah buruh panen. Biasanya diberikan setelah ngarit padi selesai. Upahnya dalam bentuk padi basah. Di wilayah Tambakagung, patokannya satu kuintal buruh tani dapat jatah bawon 15 kg. Jadi semua itu disesuaikan dengan jumlah setiap buruh panen yang kerja. Kemudian dibagi dengan jumlah hasil panen ngaritnya.

Baca Juga:  Padi “Amphibi” Gamagora: Inovasi UGM untuk Indonesia

Panen di musim rendeng dengan hasil memuaskan sebagian besar petani menyambut dengan suka cita. Bagi petani yang sudah memetik padi, dalam beberapa hari ke depan, kesibukan menjemur padi akan menjadi kerja berikutnya. (Nur Anggraeni)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *