SLEMAN – Membuat media tanam, mencabuti rerumputan, menyiram, memberi pupuk, memberi pakan ayam dan lele merupakan kegiatan rutin yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi di atas lahan yang luasnya sekitar 540 meter persegi.
Aktivitas itulah yang disaksikan Wiradesa.co saat sampai di kebun sayur milik KWT Srikandi yang berada di Padukuhan Mrican, Gang Kuwera Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tanpa menunggu lama, Ketua KWT Srikandi Nurhandayani dan Kepala Dukuh Mrican Sumarji mempersilahkan duduk di bawah tenda yang berada di area pertanian.
Sebelum kelompok terbentuk, Dukuh Mrican mengawalinya dengan menanam sayur sendiri di rumahnya. Dengan beberapa botol bekas minuman dan humus yang dia peroleh di selokan yang tidak jauh dari rumahnya akhirnya dia bisa menanam seadanya.
“Saya menanam sebisa mungkin. Cari ke mana-mana, karena di sini kan tanah juga sulit, pupuk juga tak ada. Jadi saya harus beli dari luar semua. Tanah saja harus mencari di got. Dekat Sanata Dharma, kan ada got, humus dari situ diambil. Dibawa ke rumah, terus diwadahi pakai botol-botol bekas. Kemudian saya pajang di tembok. Dulu belum punya android, jadi saya belajar sendiri. Mencari tanaman sampai keliling ke mana-mana. Karena di sini tak ada KUD atau toko pertanian. Jauh dari sini. Putar-putar akhirnya ketemu bisa menanam berbagai macam sayur,” tutur Dukuh yang belum lama dilantik saat ditemui di kebun sayur Srikandi, Senin 8 Maret 2021.
Karena apa yang ditanam sudah berhasil, dan hasil panennya pun dia bisa jual habis maka tanpa menunggu lama Sumarji berkolaborasi dengan PKK di daerahnya. Kemudian memberikan edukasi kepada ibu-ibu PKK.
Lebih lanjut, suami dari ketua KWT Srikandi menuturkan, dirinya memberikan bibit dan pupuk bagi ibu-ibu PKK. Karena kuatnya dukungan dari anggota kelompok kemudian dibentuklah KWT.
Menurut Nurhandayani, KWT Srikandi dikukuhkan pada 26 Desember 2014. Sejak berdiri semua anggota melakukan penanaman di rumah masing-masing. Baru pada 2019, mereka bisa menghijaukan di lahan kas desa.
“Pertama dikukuhkan pada 2014. Pada saat itu semuanya masih menanam di rumah masing-masing. Kalau penanaman di lahan ini pada 2019,” kata Nur.
Lebih lanjut istri Dukuh Mrican itu mengatakan, kurang lebih ada 30 macam jenis tanaman sayur, toga dan buah yang saat ini ada di lahan bekas tempat sampah. Kemudian hasilnya dijual kepada anggota, selebihnya dijual kepada warga sekitar dan ke pasar.
Sejak berdiri, KWT Srikandi sering ditunjuk untuk mengikuti lomba. Salah satunya di tingkat nasional, kebun yang dikelola kelompok tani Padukuhan Mrican ini berhasil meraih Juara V Lomba Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Tingkat Nasional pada 2020.
Kini KWT Srikandi tidak hanya menjadi kebun sayur saja, tetapi menjadi tempat edukasi bagi anak-anak. Sudah ada beberapa lembaga yang membawa murid-muridnya untuk belajar bertani di kebun Srikandi. (Syarifuddin)