YOGYAKARTA – Pembukaan Lustrum XV Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang bertemakan “Diseminasi Inovasi Pertanian Pintar Ramah Lingkungan untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Pemulihan Ekonomi di Era dan Pasca Pandemi Covid-19”, digelar di selasar Gedung Agrotropica Learning Center (AGLC) Fakultas Pertanian UGM, pada Selasa, 16 Maret 2021.
Dr Jamhari, Dekan Fakultas Pertanian UGM, dalam sambutannya menyampaikan, tugas mulia Fakultas Pertanian UGM maupun pendidikan pertanian dan perikanan yang ada di Indonesia, hingga saat ini belum bisa sesuai harapan. Meskipun begitu, selama pandemi Covid-19, sektor pertanian adalah penyelamat ekonomi nasional.
Menurutnya, dibanding sektor lainnya, pertumbuhan sektor pertanian di era pandemi lebih condong ke arah positif. “Tentu ini menunjukkan bahwa daya tahan dari sektor pertanian, perikanan, peternakan, dalam skala nasional itu sangat tinggi. Harusnya kita jadikan momentum bagaimana peran kita untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional bisa diwujudkan,” lanjutnya.
Jamhari juga menanggapi terkait munculnya perdebatan di media massa tentang impor beras yang dilakukan oleh pemerintah. Baginya, rencana impor beras sebesar 1 juta ton tersebut merupakan bentuk kontraproduktif terhadap peran sektor pertanian yang baru menjadi pengukir pertumbuhan ekonomi nasional.
Maka dari itu, Jamhari menuturkan, pertanian pintar ramah lingkungan harus disediakan dengan inovasi-inovasi teknologi sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, serta memberikan advokasi agar tujuan tersebut benar-benar bisa terwujud. “Kita juga harus bisa saling menguatkan, sebab sektor pertanian saat ini memperoleh banyak apresiasi karena inilah penyelamat ekonomi nasional,” terangnya.
Bagi Jamhari, melakukan impor beras secara besar-besaran merupakan pemikiran yang sangat sektoral dan sporadis. “Tidak melihat kepentingan kita semua secara nasional,” paparnya kemudian.
Ketua Dekan Fakultas Pertanian ini berharap, adanya Gedung AGLC sebagai laboratorium riset bisa menjadi pusat inovasi untuk melakukan terobosan-terobosan baru. “Sejauh yang saya ketahui, gedung AGLC ini akan menjadi yang pertama di Indonesia, dilengkapi infrastruktur yang luar biasa, dan peralatan yang setara dengan alat yang ada di negara maju, untuk menemukan inovasi di bidang pertanian,” imbuhnya.
Senada dengan Jamhari, Wakil Rektor bidang SDMA UGM Prof Dr Ir Bambang Agus Kironoto, dalam sambutannya berharap Gedung AGLC dengan dilengkapi peralatan yang modern tersebut bisa mendorong Fakultas Pertanian UGM menjadi yang terbaik.
Di dalam sesi reportase tanya jawab yang dipandu oleh salah seorang reporter, Jamhari berharap, melalui gedung AGLC, akan ada banyak invovasi yang dihasilkan, serta publikasi dan teknologi yang bisa tersalurkan ke industri maupun masyarakat.
Selain itu, gedung AGLC yang baru diresmikan bersamaan dengan Pembukaan Lustrum XV Fakultas Pertanian UGM tersebut, bisa digunakan dosen pengajar serta mahasiswa strata satu sampai tiga. “Karena gedung ini adalah riset laboratory, bukan teaching laboratory. Sebab kita sudah punya teaching laboratory di beberapa gedung lain di ligkungan fakultas pertanian,” tambahnya.
Adanya gedung AGLC, berupaya agar aktivitas penelitian di bidang pertanian dan perikanan bisa tetap berjalan di tengah pandemi. “Tentunya setelah kunci ini diserahkan, kemudian fakultas memperoleh izin untuk menggunakan, kita akan segara mengoptimalkan penggunaannya sembari menunggu peralatannya,” tutur Jamhari.
Bambang menambahkan, semakin cepat dimanfaatkan gedung tersebut, semakin bagus. Hal itu sebagai upaya meningkatkan dan men-support riset di bidang pertanian dan perikanan. “Sehingga, riset-riset ini, meskipun pandemi, masih bisa berjalan. Namun, dengan tetap menerapkan standar protokol kesehatan dengan baik dan disiplin,” pungkasnya. (Septia Annur Rizkia)