BANTUL – Mesin perontok gabah, yang sering disebut Erek-erek, sekarang populer di kalangan petani padi. Hampir semua petani di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memakai alat ini untuk merontokkan gabah di lahan persawahannya.
Alat tepat guna itu dijalankan dengan diesel. Harganya murah, sekitar Rp3,5 juta, tetapi kerjanya cepat memisahkan gabah dari jerami tanaman padi. “Harga sewanya juga murah,” ungkap Sutar, pemilik mesin Erek saat berbincang dengan Wiradesa.co di area persawahan Jambidan, Banguntapan, Jumat 16 April 2021.
Menurut Sutar, harga sewa mesin Erek Rp 150.000 per hari. Selain dengan uang, petani juga bisa membayarnya dengan gabah hasil panen padinya. Sistemnya ‘moro pitu’. Setiap menghasilkan tujuh bagor gabah, pengerek dapat satu bagor gabah. Kesepakatan yang biasa dijalankan, tanpa tawar menawar.
Petani padi merasa diuntungkan dengan hadirnya mesin Erek. Karena selain harga sewanya relatif murah, proses panen padinya juga cepat selesai. Untuk satu patok, mulai dari membabat sampai erek-erek, memisahkan gabah dari tanaman padi, paling memerlukan waktu sekitar tiga sampai empat jam.
“Tadi membabat padinya mulai jam tujuh, sekarang jam sepuluh sudah hampir selesai,” kata Adiawan, seorang petani di Jambidan. Terlihat masih ada empat orang yang membabat atau memanen padi. Sebelumnya, menurut Pak Adi, ada tiga orang pencari jerami, pakan sapi, yang ikut membabat padi tapi sudah pulang. Jadi ada tujuh pencari jerami untuk pakan sapi.
Pembabat tanaman padi itu tidak dibayar dengan uang, tetapi upahnya dengan jerami hasil babatannya. Mereka sudah merasa untung mendapat jerami padi untuk pakan sapinya. Karena saat ini, para peternak sapi, sangat kesulitan mendapatkan pakan yang bagus dan murah untuk sapinya.
Mesin Erek dirasa manfaatnya oleh petani. Karena alat ini membantu merontokkan gabah dengan cepat. Meski harga alat tepat guna ini murah, tetapi besar kegunaannya. Kenapa disebut Erek? Karena bunyinya erek-erek. Suara khas di area persawahan. Nyanyian pelipur lara nasib petani di Indonesia. (Ono)