Eko Wahyudi, Pelihara Ayam Kampung Sebagai Hiburan dan Pengisi Waktu Luang

  • Bagikan
Eko Wahyudi (Foto: Wiradesa)

KEBUMEN – Suara kluruk ayam jago memecah suasana sepi rumah Eko Wahyudi SPd yang ada di tengah perkampungan di Ampih, Buluspesantren. Pun kokok ayam lainnya. Makin riuh saat Eko menyapa, memberi pakan.

“Memelihara ayam kampung sudah jalan dua tahun. Modalnya satu jago dan dua babon. Ayam beranak pinak kini ada 50-an ayam,” terang Eko Wahyudi, Rabu 20 Oktober 2021.

Bagi Eko Wahyudi yang sehari-hari punya kesibukan mengajar di SMP Negeri I Karangsambung, beternak ayam kampung menjadi alternatif pengisi waktu luang mengasyikkan. “Ngopeni ayam lebih sebagai hiburan masa senggang,” ucapnya.

Ayam kampung sengaja dipilih karena perawatan mudah, demikian pula dalam hal pengandangan. Tak terlalu rumit. Ia berujar, asal pakan terjaga, kebersihan kandang terawat daya hidup ayam kampung sangat baik. “Sejauh ini belum pernah ada yang kena sakit seperti kena flu unggas. Untuk pakan satu porsi untuk 50 ekor ayam habis 2-3 kg dedak atau bekatul ditambah dua ikat kangkung ditambah beberapa nutrisi tambahan,” kata Eko.

Sejumlah ayam menyantap pakan yang disediakan Eko Wahyudi (Foto: Wiradesa)

Meski hanya sebagai media menyalurkan hobi dan untuk kegiatan pengisi waktu senggang serta sebagai sarana refreshing di sela kegiatan pokok harian, Eko terbilang telaten dalam memelihara ayam kampung. Seperti halnya kandang dia upayakan kandang tertutup walaupun di dalam kandang ayam dibiarkan diumbar. “Saat anak ayam sudah menetas, dipisahkan dari induk. Ditaruh dalam boks rapat ditambah penghangat suhu lampu 5 watt. Pakan pur diberikan kurang lebih sebulan. Setelah itu pindah ke kandang pembesaran juga selama sebulan,” ujarnya.

Lepas dari kandang pembesaran, anak ayam sudah diperkenalkan pada pakan dedak dan kangkung. Setelah berusia 2-3 bulan sudah diumbar dalam kandang. Dengan sistem kandang tertutup dapat meminimalkan risiko penularan penyakit dari ayam tetangga.

Baca Juga:  Sawah Jatimulyo Hasilkan Rp9,78 Miliar/Tahun

Secara berkala Eko menjual ayam dengan maksud mengurangi kepadatan kandang. Pasalnya makin padat kandang konsumsi pakan kurang merata. “Selain dijual sesekali dikonsumsi sendiri. Namun, itu jarang sekali karena ada rasa tak tega makan daging ayam yang tiap hari sudah seperti keluarga sendiri,” papar Eko sembari mengatakan meski sesekali menjual ia tak berhitung jumlah keuntungan lantaran semata memelihara ayam demi kesenangan. (Sukron)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *