KEBUMEN – Sapi PO (Peranakan Ongole) tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun di Kebumen dibudidayakan secara turun-temurun dan bisa beradaptasi dengan baik. Salah satu desa yang kini dijadikan sebagai kawasan pembibitan sapi PO yakni Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kebumen.
Desa Tanggulangin dijadikan sebagai wilayah pembibitan sapi PO pertama di Kebumen. Dapat dilihat berdasarkan jumlah tingkat populasi dan kelembagaan yang mengurus peternakan sapi. Selanjutnya, diikuti oleh Desa Karangreja dan Desa Brejeng. Semua itu tersebar dari Kecamatan Mirit sampai Puring.
Sejak 2015, Kebumen memang telah dijadikan wilayah rujukan sumber bibit sapi PO. Ditetapkan oleh SK Kementerian Pertanian. Sekarang ini meski harga sapi turun akan tetapi tidak untuk sapi PO. Harganya tetap terkendali. Harga yang stabil sudah barang tentu menjadikan sapi PO sebagai potensi yang dapat diandalkan oleh masyarakat khususnya para peternak sapi dan petani di wilayah yang ada di Kebumen.
Di Tanggulangin, Sekretariat Perkumpulan Kelompok Pembibitan Sapi PO Kebumen (Perpokep) berada di RT 3 RW 2, Dusun Weton. “Wilayah ini berpotensi untuk berternak sapi PO. Sebab, dari dulu sudah banyak warga yang sudah memelihara sapi,” kata Ketua Perpokep M Kusnudin, Jumat, 26 Maret 2021.
Setiap kepala keluarga, lanjut Kusnudin, rata-rata memelihara dua ekor sapi. Menurut Kusnudin, warga sudah terbiasa mengurus sapi. Meski sebagai usaha sampingan tetapi minat beternak warga terbilang tinggi. Terlebih didukung harga jual sapi PO yang cukup menggiurkan. Sapi PO jantan berusia empat bulan, misalnya, harga bisa mencapai sekitar Rp10 juta. Sedangkan sapi PO betina berusia empat bulan harganya sudah bisa mencapai Rp7-8 juta.
Sapi Peranakan Ongole (PO) mempunyai ciri khas tersendiri seperti memiliki punuk di punggung. Kemudian memiliki gelambir yang lebih panjang, ciri itu yang membedakan dengan jenis sapi lain. Peternak di daerah Tanggulangin memberi makan sapi dengan rumput gajahan ditambah jerami. Tak hanya itu, ubi kayu bisa digunakan sebagai pengganti konsentrat untuk pakan sapi.
“Pemasaran sapi PO sudah menjangkau berbagai wilayah seperti Palembang dan Jawa Barat,” urai Kusnudin lulusan Unsoed, jurusan D3 Peternakan. Sapi PO memang menjadi unggulan utama. Tingkat populasi dari awal 800-an ekor kini naik mencapai 1.200-an lebih untuk wilayah Tanggulangin.
Menurut Kusnudin, Perpokep sering menerima kunjungan studi banding dari berbagai kalangan masyarakat termasuk dari luar kota. Selain itu, dari kalangan mahasiswa juga pernah seperti Unsoed, IPB.
“Kualitas sapi PO Tanggulangin tak diragukan. Sebagai ternak unggulan, kesehatan dan perkembangan sapi dipantau lewat kegiatan pestapatok untuk pengecekan sapi terkait kesehatan, pengambilan sampel darah untuk dicek setiap 3 bulan sekali. Masih ditambah surveilen cek secara langsung dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) tiap tahun 2 kali. Upaya itu, dimaksudkan untuk menjaga kualitas sapi,” sambungnya.
Adapun penghargaan yang pernah diraih diantaranya penghargaan dari Kementerian Pertanian. Penghargaan tersebut diberikan lantaran pencapaian prestasi di tingkat nasional di bidang pemberdayaan pertanian pada 2016. (Nur Anggraeni)