KEBUMEN – Sebagai kampung para peternak sapi, warga Tanggulangin sudah terbiasa merawat sapi. Selain terdapat pusat Perkumpulan Kelompok Pembibitan Sapi PO Kebumen (Perpokep), di Tanggulangin tumbuh pula kelompok tani ternak (KTT) yang tergabung dalam Perpokep. Salah satunya, KTT Ngudi Rahayu.
“Kelompok ini sudah berdiri sejak 26 Juni 2005,” kata Marso, Ketua KTT Ngudi Rahayu saat ditemui wiradesa.co di kandang sapi Ngudi Rahayu, RT 2 RW 4, Dusun Tuaburu, Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kebumen.
Ditemui Jumat 23 April 2021, Marso menuturkan, sapi-sapi tersebut diberi pakan rumput biasa atau rumput gajahan. Sebagian besar peternak sudah mempunyai lahan sendiri untuk menanam rumput gajah. Para peternak terbilang bisa berhemat terkait pakan ternak.
Adanya kelompok Ngudi Rahayu ini diharapkan menjadi wadah untuk kesejahteraan bersama. Selain itu, para petani bisa menambah kesibukan untuk merawat sapi. Nantinya, petani tidak perlu khawatir sebab setiap peternak sapi akan dibuatkan asuransi ternak. Setiap tahun satu sapi dikenakan iuran asuransi Rp 40 ribu. Asuransi tersebut kerjasama antara Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kebumen dengan Asuransi Jasindo Purwokerto.
Asuransi digunakan untuk berjaga-jaga terkait kondisi ternak. Sapi diberi tanda pada leher. Misalkan sapi sedang dalam kondisi sakit. Biasanya penyakit yang menyerang gejalanya demam tiga hari pada sapi disertai prolap (kondisi rahim yang menonjol dari vagina). Apabila terjadi kondisi demikian disarankan peternak segera menghubungi kader kesehatan hewan setempat. Nanti kader akan menghubungi petugas Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) terdekat.
KTT Ngudi Rahayu rutin mengadakan pertemuan sebulan sekali setiap tanggal 14. “Setiap pertemuan biasanya membahas mengenai kebutuhan kelompok dan permasalahan kelompok,” ujar Sodikin, salah satu pengurus KTT Ngudi Rahayu. Jumlah keseluruhan anggota KTT Ngudi Rahayu kurang lebih 20 orang.
Untuk lahan kandang KTT Ngudi Rahayu masih menggunakan tanah desa. Tapi untuk kandangnya sendiri milik peternak. Dana pembangunan kandang berasal dari swadaya masyarakat. Luas kandang sampai saat ini berkapasitas 20 sapi.
Terkait dengan adanya asuransi ternak, memang dirasakan sangat membantu para peternak sapi. “Ketika saya mempunyai sapi yang sedang dalam kondisi sakit, akhirnya saya jual ke belantik (pengepul sapi). Dari belantik sapi yang tadinya harga umum laku Rp 10 juta turun menjadi Rp 2 juta,” jelas Sodikin. Akan tetapi, peternak tidak perlu khawatir, dari asuransi akan memberi tambahan uang kekurangannya hingga genap jadi Rp 10 juta. Inilah salah satu keuntungan mengikuti asuransi ternak. Kondisi ternak dalam hal apa pun akan selalu terjamin.
KTT Ngudi Rahayu juga rutin menggelar tradisi kembang gadung. Kembang gadung, tradisi selamatan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Menurut Sodikin, mirip dengan tradisi among-among. Wujudnya ada kupat, lepet dan makanan lainnya. Nantinya, makanan tersebut akan dimakan bersama. (Nur Anggraeni)