GUNUNGKIDUL – Tandusnya tanah di Gunungkidul, tidak menyurutkan Wiyono (39) untuk bercocok tanam. Dengan kegigihannya, warga Tambakrejo, Semanu, ini mengolah pekarangan rumahnya menjadi lahan yang bisa ditanami padi, sayur-sayuran, buah-buahan, lidah buaya, dan tanaman bernilai ekonomi tinggi.
Kabupaten Gunungkidul, termasuk tempat tinggal Wiyono, dikenal dengan daerah tandus, kering dan bebatuan. Daerah yang krisis pertanian. Akan tetapi di tangan Wiyono, anggapan itu tidak berlaku lagi baginya. Dengan mengoptimalkan pekarangan rumahnya ia jadikan lahan bercocok tanam terpadu.
Wiyono (39) selaku pengelola Studio Tani Kalisuci menceritakan, ia membuat studio tani bermula dari keprihatinan melihat banyak pekarangan rumah di daerah Gunungkidul belum dimanfaatkan dengan baik khususnya di bidang pangan dan pertanian.
Bermula dari keprihatinan tersebut, pria dengan pendidikan tidak tamat SMA itu mendirikan pusat pembelajaran pertanian terpadu di pekarangan rumahnya. Wiyono memberi nama Studio Tani Kalisuci. Studio ini beralamat di Padukuhan Tambakrejo, Kalurahan Semanu, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berkat usahanya selama 4 tahun, Wiyono, dengan metode rekayasa media tanam yang ia ciptakan, mampu mengubah pekarangan rumahnya untuk lahan pertanian terpadu. Pekarangan seluas kurang lebih 1.000 meter persegi, ia bangun demplot-demplot (demontration plot).
Wiyono membangun lahan sebagai percontohan petani, dengan mengubah lahan yang bermula tandus menjadi lahan subur yang bisa ditanami berbagai macam jenis tanaman. Tanah yang tadinya tandus diolah dengan cara, tanah dikeruk kemudian dikasih terpal atau plastik UV kemudian baru dikasih tanah di atasnya. Supaya daya serap air tidak langsung habis dalam hitungan detik.
“Lahan itu bisa ditanami berbagai jenis tanaman seperti saat ini, di antaranya, sayur-sayuran selada, kangkung, sawi, bayam brazil untuk bunga yang mengandung nektar dan resin untuk keperluan lebah,” tutur Wiyono, saat ditemui Wiradesa.co, Sabtu, 06 Februari 2021.
Selain tanaman sayur, Wiyono juga membudidayakan lebah madu dan lebah lancing. Ada pula tanaman produk unggulan seperti lidah buaya. Kualitas lidah buaya yang dihasilkan di Studio Tani Kalisuci mampu dijadikan berbagai jenis makanan olahan, seperti nata de aloe vera (lidah buaya), es krim, kripik dan kerupuk.
Ada pula terobosan terbaru yang dikembangkan Wiyono, yakni mina padi, sistem menanam padi sekaligus memanfaatkan media tanam padi untuk budidaya ikan. Tujuan ke depan agar menjadi percontohan bagi petani Gunungkidul. Selain mendapatkan hasil tanam padi juga mendapatkan hasil dari budidaya ikan.
“Untuk demplot (demontration plot) mina padi ini sebenarnya saya harapkan, desa, perseorangan, maupun instansi terkait berani mencoba membuat sistem tanam seperti ini, karena untuk kemajuan pangan Gunungkidul ke depannya,” tegas Wiyono.
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Seperti itulah ungkapan yang bisa digambarkan. Berkat kegigihannya Bapak tiga orang anak ini, Studio Tani miliknya setiap bulannya dikunjungi berbagai perguruan tinggi dari berbagai daerah.
Studio Tani Kalisuci dijadikan tempat belajar para pelajar dan mahasiswa serta masyarakat umum tentang cara membudidaya, mengolah sampai hasil jadi lidah buaya, tawon lanceng, dan tawon madu. (Andika Fau)
Mantaf Mas Lanjutkan Jejakmu, Sesuk q dolan mrono. Salam pacul2.