PADANG PARIAMAN – Nur Hayati namanya. Biasa dipanggil Toboh. Panggilan itu disematkan karena dia lahir di Toboh Gadang, sebuah nagari yang berada di wilayah Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman.
Usianya menginjak 55 tahun. Dia mempunyai 3 anak. Dua perempuan, satu laki-laki. Anak pertamanya sudah menikah, dan kini punya 3 anak juga. Artinya, di usia 55 tahun, Toboh memiliki tiga cucu.
Setiap hari, Toboh jualan sarapan pagi khas Padang Pariaman. Di pinggir jalan lintas Padang Pariaman, berdiri warung sederhana bertuliskan “Lontong Ampera Tia”. Bersama suami, buka dari pukul setengah 6 pagi hingga siang hari.
Meski warung sederhana, tetapi tak pernah sepi pengunjung. Sebab, Toboh menyediakan makanan khas daerah setempat. Ada lontong sayur, lontong pical, nasi goreng, dan nasi ampera.
“Berjualan sudah turunan dari orang tua. Jadi, ini sudah jualan sejak gadis,” kata Toboh di warung, tepatnya di Kelok Punggung Kasik, Lubuk Alung, Selasa, 25 Mei 2021.
Harganya sangat murah. Lontong sayur hanya Rp4.000. Lontong pical Rp5.000. Begitu pun nasi goreng hanya Rp5.000 per porsinya. Hanya nasi ampera yang serba Rp10.000.
“Berbeda lagi jika yang beli anak sekolahan. Kalau anak sekolah biasanya ada yang beli 2 ribu tetap dilayani,” katanya.
Meski harga tak harus menguras banyak isi kantong, tapi soal rasa tak perlu diragukan lagi. Sesuai selera, baik warga sekitar maupun orang yang sekadar lewat di jalan lintas Padang Pariaman tersebut.
Tak heran, dalam waktu normal bisa menghabiskan 200 ketupat. “Karena masih kondisi pandemi, jadi habis sekitar 100 ketupat,” kata Toboh yang tetap menyukurinya. (Ilyas Mahpu)