SUMENEP – Wajah Syaiful Bahri, petani muda Desa Karangnangka, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, tampak semringah. Bagaimana tidak, per tiga hari sekali bisa menuai hasil dari tenaga dan keringatnya sendiri.
Cabai rawit yang ditanam 4 bulan lalu, kini sudah bisa dinikmati hasilnya. Tiap tiga hari bisa petik 40 kilogram hingga 80 kilogram cabai rawit yang matang.
Petani muda kelahiran 1993 ini, menanam 8 ribu pohon bibit cabai pada pertengahan April 2021. Modal awal yang dikeluarkan sebesar Rp 3,5 juta. Selebihnya bermodal tenaga.
Bibit bikin sendiri. Setelah bibit siap ditanam, terlebih dahulu tanah digemburkan. Kemudian dibedeng. “Jarak antar pohon sekitar satu jengkal,” kata Syaiful, Selasa 17 Agustus 2021.
Dalam perawatan, sama seperti petani pada umumnya. Yaitu, disiram tiap dua hari atau tiga hari. Kemudian seminggu sekali dilakukan pemupukan. Pupuk yang digunakannya mengutamakan pupuk non kimia.
Untuk terhindar dari hama, Syaiful punya resepnya. Dia menggunakan beberapa bahan, seperti kencing sapi, air kelapa, air tebu, kunyit, dan Pelet Z4. Semua bahan ini dicampur dan direndam selama 24 jam.
“Setelah itu baru disemprotkan ke daun cabai. Penyemrotannya setiap minggu sekali,” tuturnya.
Kemudian, diakui saat ini harga cabai tak sepedas rasanya. Per kilogram hanya dihargai Rp 8 ribu. Sementara kalau harga sedang tinggi, bisa mencapai Rp 60 ribu per kilogram.
Meski terbilang harga tengah merosot, petani muda ini tak lupa tetap bersyukur. Apalagi masa panen cukup panjang. Bisa mencapai 5 bulan. Sehingga modal dan tenaga yang dikeluarkan tetap menguntungkan. (Ilyas Mahpu)