BANTUL – Sejumlah penggerak desa di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) belajar jurnalisme pangan di kantor Wiradesa Group Wiyoro The Residence B1 Baturetno, Banguntapan, Bantul. Mereka berlatih membuat karya jurnalistik, meliputi tulisan, foto, video, dan grafis peduli pangan.
Para aktivis desa mendapat pembekalan dari Founder Wiradesa Group Sihono HT selama dua hari (Jumat dan Sabtu 9 Oktober 2021). Setelah mengikuti pendidikan dan latihan, Greg Sindana dari Kulonprogo, Ilyas Syatori (Klaten), Ehkna Abu Bahqrin (Sukoharjo), dan Dwi Purwoko (Semarang) diharapkan membuat karya jurnalistik terkait dengan potensi desanya.
Pendiri Wiradesa Group (Wiradesa.co, Mandiripangan.com, dan Tunggal.co) menjelaskan, jurnalisme pangan merupakan aliran jurnalistik yang fokus liputannya pada hal-hal terkait dengan pangan. Mulai dari hulu sampai hilir. Persiapan produksi, proses produksi, sampai paska produksi.
Setidaknya ada empat jenis atau bentuk karya jurnalistik peduli pangan yang dilaksanakan dan dikembangkan Wiradesa Group, yakni tulisan, foto, video, dan grafis. “Model ini bisa menjadi alternatif pembuatan karya jurnalistik yang mendukung ketahanan pangan di Indonesia dan dunia,” tegas Sihono HT.
Struktur tulisan jurnalisme pangan meliputi judul, teras (lead), tubuh, dan penutup. Judulnya memuat pokok gagasan dan diupayakan memikat. Sedangkan lead-nya bersifat informatif berdasarkan fakta, aktual, dan menjadi perhatian masyarakat, khususnya para pelaku usaha pangan.
Untuk tubuh berita berisi hal-hal yang terkait dengan teknis budidaya meliputi cara budidaya, persiapan lahan, proses penanaman, pemeliharaan, dan panen. Tentunya didukung dengan sejumlah narasumber kompeten. Seperti petani, ahli pangan, tenaga penyuluh, dan kepala dinas terkait.
Kemudian didukung dengan analisis bisnisnya. Keuntungan yang didapatkan para petani, dengan menghitung biaya pengeluaran dan hasil yang didapatkannya. Jika biaya lebih kecil dari pendapatan maka petani untung. Semakin besar keuntungannya maka semakin layak untuk ditampilkan.
Sedangkan penutup merupakan kesimpulan pesan. Diupayakan pesannya menginspirasi pembaca, pemirsa, dan berbagai pihak atau audience media. Selanjutnya konsumen media terinspirasi untuk menanam, memelihara, dan mengupayakan pangannya sendiri. Menanam apa yang dimakan, dan memakan apa yang ditanam.
Ilyas Syatori penggerak desa dari Desa Kwaren, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jateng, merasa mendapat ilmu baru selama mengikuti diklat jurnalisme pangan di Wiradesa. Selain itu, dia juga bisa memperluas jaringan dan bersemangat untuk menulis dan menjadi jurnalis.
Sedangkan Ehkna Abu Bahqrin dari Desa Cangkol, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jateng, mengaku senang bisa bertemu praktisi media yang fokus ke desa dan berdiskusi dengan para aktivis desa dari berbagai daerah. Mahasiswa Universitas Sahid Surakarta ini ingin mempublikasikan potensi desanya melalui karya-karya jurnalistik yang selama ini dipelajari.
Pengelola Wiradesa menyediakan media siber Mandiripangan.com untuk menampung dan mempublikasikan hasil karya para aktivis desa. Selain membuat karya jurnalistik, para aktivis desa juga merancang aplikasi yang mempertemukan para penjual dan pembeli produk dan hasil bumi dari desa. Mereka juga merancang potcast yang menampilkan para aktivis penggerak desa. (*)