YOGYAKARTA – Masih dalam rangkaian Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Jaringan Masyarakat Peduli Iklim (Jampiklim) Yogyakarta, berkolaborasi dengan lansia produktif Ledhok Timoho, mengadakan kegiatan berkebun yang dilaksanakan pada Minggu, 6 Juni 2021, di Kebun Sayur Ledhok Timoho, Yogyakarta.
Mengangkat tema “Bekebun, Panen, dan Ramah Tamah”, Wahyu Aji (23), salah satu bagian Jampiklim mengungkapkan, untuk merespons situasi krisis iklim yang dampaknya semakin memburuk, mereka merasa perlu melakukan gerakan-gerakan nyata, salah satunya berkebun.
Dengan berkebun, terang pria yang akrab disapa Aji, harapannya bisa menularkan semangat dan gerakan yang lebih besar, terutama tindakan-tindakan yang bisa membantu meminimalisir krisis iklim.
Mengambil tema tersebut, lanjut Aji, dirasa bahasanya cukup agitatif untuk mengajak yang lainnya turut tergerak dalam kegiatan yang cukup bermanfaat tersebut.
“Setidaknya, ada ilmu-ilmu yang ditularkan ibu-ibu atau bapak-bapak lansia ke teman-teman muda. Serta untuk menularkan nilai-nilai semangat para lansia produktif ke teman-teman, bahwa apa pun itu bisa dilakukan jika niat bareng-bareng,” tutur Aji.
Selain itu, setiap Minggu, di Kebun Ledhok Timoho sudah ada agenda berkebun yang dilakukan secara kolektif oleh para lansia produktif Ledhok Timoho. Mulai dari membersihkan lahan, membuat bedengan, menyingkirkan hama maupun gulma yang mengganggu, dan panen. Ditambah, beramah tamah dengan saling bersapa dan berbincang-bincang.
Mengenai kebun, tandas Aji, diperlakukan seorganik atau sealami mungkin. Sehingga, terdapat pembelajaran untuk kembali ke alam dengan mengutamakan kearifan lokal.
Menurut Aji, menanam merupakan gerakan melawan tindakan-tindakan yang merusak kelestarian lingkungan. Dengan begitu, kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Ledhok Timoho yang berada di pinggiran Sungai Gajahwong, yang minim akses dan jarang tersentuh kebijakan setempat, jadi bukti bahwa setiap orang bisa bergerak dan membuat ruang-ruang produktif dengan caranya masing-masing.
Harapan mereka ke depan, kegiatan tersebut bisa dilakukan secara rutin. “Kalau bisa, ada tambahan-tambahan semacam kelas bersama. Misal agenda studi banding ke kebun-kebun lain, atau tempat produktif yang bisa memberi semangat gagasan terkait gerakan untuk meminimalisir krisis iklim,” ujar Aji kemudian.
Dengan begitu, besar harapan banyak pihak yang termotivasi, dan gerakan semacam itu semakin memperlebar sayap. “Juga, termotivasi mengajak banyak orang untuk gerak bersama, dengan inisiatif dan ide dari masing-masing, yang bisa digabungkan,” pungkas Aji. (Septia Annur Rizkia)