KEBUMEN – Jahe merah kini menjadi primadona. Pada masa pandemi Covid-19, permintaan pasar besar, tetapi produksinya masih terbatas. Sehingga tanaman herbal ini menarik untuk dibudidayakan. Budidaya jahe merah, hasilnya mewah.
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Ahmad Lutfi, mengemukakan budidaya jahe merah prospeknya cerah. Banyak pabrik jamu yang membutuhkan bahan baku. Sehingga berapa pun panennya akan terserap di pasar.
“Sekarang harga jahe merah per kilonya enam puluh ribu rupiah,” ujar Ahmad Lutfi kepada Wiradesa.co, Selasa, 09 Februari 2021. Dengan prospeknya yang cerah, saat ini pengasuh Pesantren Nurul Quran, membudidayakan jahe merah di halaman pondok pesantren Kebulusan RT 13, RW 03, Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah.
Untuk awal, Ahmad Lutfi memakai media polibag (plastik). Jumlahnya ada 500 polibag. Setiap polibag diharapkan bisa memanen 2 sampai 2,5 kilogram jahe merah. Masa panennya sekitar 7 sampai 8 bulan.
Berdasarkan budidaya jahe merah yang dilakukan sejumlah petani, setiap polibag menghasilkan sekitar 2 kg jahe merah. Maka dalam waktu 7 bulan, untuk 500 polibag akan memanen 1.000 kg jahe merah.
Jika harganya Rp60.000 per kg, maka dalam waktu 7 bulan untuk 500 polibag jahe merah sudah menghasilkan Rp60.000.000. “Hasilnya lumayan. Padahal lahan yang diperlukan tidak luas,” jelas Ahmad Lutfi.
Ahmad Lutfi mengemukakan, pemeliharaan tanaman jahe merah relatif mudah. Petani tidak perlu membeli pupuk kimia yang harganya mahal. Cukup dengan pupuk kandang, jahe merah akan tumbuh subur dan hasilnya maksimal. (*)