KEBUMEN – Perkutut dan puter, dua jenis burung dengan suara khas. ‘Cekutur kuk kuk kuk’ begitu kira-kira suara perkutut bila ditirukan manusia. Sementara puter punya suara ‘kuk deruuuk’. Suara perkutut dan puter sangat akrab di telinga Nur Sodik (26). Bahkan dia mengaku punya pengalaman masa kecil terkait peliharaan perkutut dan puter.
“Pas masa kecil saya suka dengan burung. Dan ketika sedang bermain di tanah lapang, tiba-tiba saya menemukan seekor burung puter,” ucap Nur Sodik (26), warga RT 2 RW 2, Dukuh Karanggede, Desa Tambakagung, Klirong, Kebumen. Dari sekadar hobi kemudian tumbuh niat Sodik untuk budidaya perkutut dan puter.
Saat ini Sodik yang juga bekerja di Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Lingkungan Hidup Kabupaten Kebumen (Dinas Perkim-LH), tetap konsisten dengan hobinya membudidayakan perkutut dan puter.
Sejak 2019, Sodik mulai membuat kandang khusus untuk burung peliharaannya. Ukuran kandang 90×90 cm. Bahan kandang cukup dibuat dengan kayu dan bambu, ring besi dan kawat. Dari bahan-bahan tersebut kandang burung perkutut dan puter dapat dibentuk. “Saya membuat kandang ini dibantu teman dolan,” imbuh lulusan SMK Maarif 1 Kebumen.
Beberapa hari setelah kandang jadi, koleksi burung ditambah. Dituturkannya, dia membeli sepasang puter di daerah Karangsari Kebumen. Kemudian mengalami perkawinan. Akhirnya koleksi burung menjadi bertambah. Sampai saat ini sudah ada 10 koleksi burung. Koleksi antara pasangan burung perkutut dan puter.
“Jenis perkutut antara lain putih lurik, ireng lurik, ireng kapas, putih kapas (albino), cemani. Kemudian puter jenisnya seperti puter pelung, puter lokal. Puter lokal biasanya dipakai untuk mengerami biar cepat bertelur,” kata Sodik kepada Wiradesa.co, Senin, 29 Maret 2021.
Untuk pakan burung juga berbeda. Pakan perkutut antara lain milet (putih, merah), beras merah, kacang ijo, pur ayam 591, air putih dan asinan. Pakan puter antara lain jagung, padi, milet, air putih dan juga bata. Kalau bata biasanya untuk cemilan burung. Batanya harus sudah dihaluskan terlebih dahulu.
Proses perkawinan yang baik antara perkutut maupun puter. Untuk betina umurnya 7-8 bulan sedangkan jantan 6 bulan. Rentang waktu selama sebulan sekali untuk perkawinannya. Biasanya rata-rata telurnya ada dua. Untuk mempermudah proses perindukan diberi tanda menggunakan sedotan balon yang agak tebal. Contohnya dari perkawinan jantan betina putih lurik. Lalu anaknya keluar hitam putih. Maka, harus diberi tanda pengenal perindukannya. Supaya besok setelah dewasa tidak salah perindukan.
Budidaya perkutut dan puter memang menyenangkan. Juga melatih sabar dan tanggung jawab ketika merawat. Kendala bukannya tak ada. Keluh kesah diantaranya, apabila burung terkena virus. Cirinya burung terlihat tidak aktif dan mulai lesu.
Merawat burung seperti halnya manusia. Burung diberi pakan pagi dan sore. Kesehatan juga harus dipantau. Asalkan yang merawat suka, sabar dan tanggung jawab maka burung akan tetap sehat, berbahagia selalu ketika dibudidayakan. (Nur Anggraeni)