Purbalingga Ekspor 750 Kilogram Buncis Per Hari ke Singapura

  • Bagikan
Bupati dan Menkop UMKM tengah memanen buncis yang akan diekspor ke Singapura.

PURBALINGGA – Bisnis model yang diterapkan Koperasi Max Yasa Purbalingga perlu direplikasi atau dijadikan contoh bagi para petani kecil untuk membangun corporate farming. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki saat berkunjung ke pertanian Buncis Kenya di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Sabtu 21 Agustus 2021.

Dia menjelaskan, bisnis model yang dibangun yakni koperasi yang menggarap dari hulu hingga hilir pertanian. Artinya koperasi bekerjasama dengan perusahaan offtaker komoditi pertanian untuk menjamin permintaan pasar. Sekaligus melakukan pendampingan petani dalam membudidayakan produk komoditi sesuai standar permintaan.

“Sehingga para petani tidak lagi memikirkan kemana harus menjual. Dengan bisnis model ini jadi koperasi akan mengerahkan petaninya menanam apa yang disesuaikan dengan permintaan pasar,” jelasnya.

Seperti yang diketahui, Koperasi Max Yasa Purbalingga telah bekerjasama dengan 500 petani kecil untuk mencukupi permintaan ekspor 750 kilogram buncis kenya per hari secara konsisten ke Singapura. Menurut Teten, dibutuhkan lokal hero untuk mewujudkan koperasi tersebut. Sedangkan Kemenkop UKM akan memperkuat pembiayaan pada koperasinya.

“Tidak cukup kita hanya memberikan subsidi pupuk, subsidi bibit, nggak cukup. Ini perlu kita bangunkan bisnis model. Saya bersama LPDB berkomitmen untuk membantu. Kami akan kerjasama dengan para local hero yang sudah mulai membangun bisnis model di sektor pertanian yang tepat, untuk kita perbesar. Supaya petani itu ceritanya tidak terus menerus tentang kisah nestapa duka,” ungkapnya.

Menurutnya, sektor pertanian adalah sektor paling potensial untuk digarap. Terbukti sektor pertanian di Indonesia tumbuh 12 persen, di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang turun akibat Pandemi Covid-19.

Saat ini Kemenkop UKM juga tengah melakukan piloting bisnis model serupa untuk sektor pertanian yang lain. Misalnya koperasi petani pisang ekspor di Lampung dengan GGP sebagai offtaker dan cukup berhasil. Disamping itu juga Kopi di Gayo dengan offtaker Starbucks.

Baca Juga:  Presiden Bentuk Badan Pangan Nasional, Ekonom Wanti-wanti Jangan Diisi Figur Parpol

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menjelaskan, Pemkab Purbalingga juga memiliki BUMD yakni Perumda Puspahastama yang memungkinkan bisa menjadi perusahaan offtaker produk hasil pertanian di Purbalingga. Bupati berkomitmen, bisnis model yang dianut Koperasi Max Yasa tidak hanya diaplikasikan di sektor pertanian, tapi juga akan coba diaplikasikan ke sektor-sektor yang lain.

“Oleh karena nya mohon bimbingan, dukungan, arahan dari bapak menteri, agar kami di Purbalingga bisa terus berbuat, berdedikasi bagi para teman-teman pelaku UMKM untuk membantu mereka,” katanya. (Prima Intan DI)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *