SLEMAN – Joglo Tani menyiapkan anak muda yang bangga jadi petani. Para pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia dipersilahkan untuk belajar secara formal di kampus dan kerja praktik atau kerja lapangan di area pertanian terpadu di Dusun Mandungan, Kalurahan Margoluwih, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Konsep pertanian terpadu yang diterapkan di Joglo Tani, yakni memadukan usaha pertanian, dengan peternakan, dan perikanan. “Profesi petani itu menjanjikan. Jadi anak-anak muda milenial jangan ragu menjadi petani,” ujar TO Suprapto, pendiri Joglo Tani, kepada Wiradesa.co, Senin 5 Desember 2022.
Joglo Tani menyiap para petani milenial untuk sedikitnya memperoleh delapan pendapatan selama setahun saat menekuni profesi petani. Pendapatan itu mulai dari hasil harian, mingguan, bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, empat bulanan, enam bulanan, dan satu tahunan.
Penghasilan harian diperoleh dari usaha angkringan. Usaha kuliner khas Yogyakarta yang menyajikan menu olahan dari hasil pertanian terpadu. Kemudian pendapatan mingguan dari telur asin, hasil olahan dari usaha ternak bebek. Selanjutnya penghasilan bulanan dari tanaman sayur mayur dan pendapatan dua bulanan dari hasil usaha hortikultura.
Pendapatan tiga bulanan dari hasil usaha budidaya ikan. Ada berbagai jenis ikan yang dibudidayakan di Joglo Tani, antara lain nila, gurame, patin, dan lele. Sedangkan penghasilan empat bulanan dari hasil panen tanaman padi. Joglo Tani melakukan uji coba menanam padi di rawa, atau banyak air, yang dinamakan padi apung. Juga dengan sistem mina padi, menanam padi sekaligus memelihara ikan.
Hasil enam bulanan dari penggemukan kambing dan sapi. Kemudian pendapatan satu tahunan dari anak sapi. “Jadi dalam satu tahun, para petani akan terus mendapatkan penghasilan. Bukan hanya usaha pertanian saja, tetapi juga peternakan dan perikanan,” tegas TO Suprapto.
Meski untuk menjadi petani itu banyak tekanan, seperti tekanan ekonomi, alam, sosial, budaya, global, dan kebijakan, tetapi anak-anak muda harus yakin bahwa profesi petani itu menjanjikan. Profesi petani berprospek cerah. Dengan sekolah lapangan, maka para pemuda akan mendapatkan ilmu, guru, dan pelajaran tentang pertanian terpadu di lapangan.
Bahkan tidak jarang, mahasiswa yang praktik atau magang di Joglo Tani memperpanjang kerja lapangannya sampai satu musim. Mereka bersemangat untuk mengolah lahan, menanam, memelihara, memanen, dan memasarkan hasil panennya. Para petani milenial ini juga didorong untuk memanfaatkan teknologi, potensi alam, dan tidak meninggalkan kearifan lokal.
Para petani milenial ada yang menanam cabai, kedelai, bawang merah, sayur mayur, memelihara ikan, berternak bebek, kambing, dan sapi. Dengan melakukan aktivitas pertanian terpadu, anak-anak muda yang diharapkan menjadi petani milenial itu memperoleh pendapatan dari harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Selama manusia masih ada, maka usaha pertanian, peternakan, dan perikanan akan tetap terus ada. Jadi banggalah menjadi petani. Ojo gelo dadi wong tani, seperti singkatan dari Joglo Tani. (*)